Kenapa Harus Nonton Dua Garis Biru???



            Orang tua mana sih yang pengen anaknya terlibat dalam seks bebas? Dari sudut pandang anak pun, meski belum tentu secara sadar ga pengen ngelakuin seks bebas, tentunya akan baik bagi kehidupan mereka jika terhindar dari seks bebas. Dalam esai ini, akan dibahas mengapa dengan menonton Dua Garis Biru akan membantu tercapainya kepentingan orang tua maupun anak yang telah disebutkan di awal.
            Sedikit spoiler, berita baik buat orang tua dan berita buruk bagi sebagian anak : Dalam film ini ga ada adegan UwU-nya. Jadi, buat orang tua yang berpandangan bahwa anak ga boleh terekspos konten seperti itu sedikit pun, film ini aman ya. Jangan langsung dicekal. Lagipula, saya ragu anak Anda tidak pernah nonton film biru sebelumnya ....

1.Bahkan Ga Semua Orang Tua Pernah Ngebahas Edukasi Seks
            Bagi sebagian keluarga, membicarakan seks kepada anak adalah hal yang sangat tabu. Ketika tidak dianggap tabu pun kadang orang tua bingung harus membicarakannya seperti apa. Ada rasa-rasa malu gitu UwU. Akhirnya anak-anak pokoknya dijauhin aja dari hal-hal terkait seks. Anak-anak dilarang pacaran, anak-anak dilarang nonton bokep. Tapi, sejauh apa sih orang tua bisa memastikan bahwa anaknya tidak melakukan hal tersebut?
            Ketika anak diam-diam pacaran, berduaan, hormon dan sistem tubuhnya merangsang dan membajak tubuh mereka. Di sisi lain, tidak ada informasi terkait hal tersebut sebelumnya. Tidak ada nasihat dari orang tua atau dari siapapun yang bisa menahan nafsu mereka yang tetap terus ada. Dan akhirnya terjadilah .... Persis seperti apa yang terjadi dalam film Dua Garis Biru dan yang sering kali terjadi di dunia nyata.
            Kalau gitu, intinya asal anak ga pacaran ya? Kalau anaknya jelek kayak saya jadi ga bisa punya pacar aman dong ya? Hehe. Enggak juga, ada aja kesempatan lain. Misalnya dalam tekanan sosial di mana hal tersebut diwajarkan. Atau mungkin anak kita bisa saja terpancing untuk melakukan tindakan perkosaan.




            Kebetulan film Dua Garis Biru ada untuk menyediakan informasi-informasi yang anak perlukan terkait edukasi seks. Kenapa tidak dibiarkan menonton?

2.Maaf, Ibu dan Bapak. Hidup Anak Bukan Hanya Tentang Orang Tua
            Penelitian-penelitian di Psikologi dan Sosiologi (psikologi sosial) menunjukkan bahwa pengaruh orang tua terhadap perilaku anak hanya efektif untuk hal-hal mendasar dan jangka panjang seperti tujuan hidup, karir, dan pendidikan. Sedangkan perilaku sehari-hari seperti aktivitas sosial, merokok, alkohol, dan seks lebih dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam arti lain, sekadar nasihat dari orang tua jauh dari 100% dapat memastikan anak tidak terlibat dalam seks bebas.
            Biarkanlah anak-anak kita dan teman-temannya, atau mungkin pacarnya menonton film ini. Ketika mereka menontonnya, mereka akan membangun kesepakatan untuk menghindari seks bebas. Lingkungan yang baik untuk anak-anak kita pun akan tercipta. Tidak semudah itu, tapi pasti akan membantu

3.Film Dua Garis Biru Lebih Baik Daripada Buku Sekolah dan Ceramah Orang Tua
            Ketika orang tua berusaha membicarakan edukasi seks dengan anak, apa yang akan terjadi? Dengan sedikit malu-malu dan penuh rasa canggung, anak akan menunduk. Menunduk bukan berarti mendengarkan. Mereka hanya akan berkata “ya, ya, ya” sambil memikirkan “Kalau Ant-Man bisa jadi lebih kecil daripada atom, gimana cara dia menghirup oksigen???”. Lebih parah mungkin mikirin “Ya Allah, pengen mabar” atau idola Koreanya.
            Mari bicarakan edukasi seks di sekolah. Hmm. Siapa yang mau dengerin ceramah di mata pelajaran penjaskes yang belum tentu ngaruh ke nilai. Baca bukunya apalagi. Hoaks.
            Efektivitas film Dua Garis Biru dapat dijelaskan dengan frasa terkenal “Kids See, Kids Do”. Dari sudut pandang keilmuan psikologi, pada masa anak-anak dan remaja, banyak sekali perilaku yang dipelajari dari pengamatan. Diceramahi untuk tidak merokok pun, anak akan tetap merokok jika terus-terusan melihat orang tuanya menikmati rokok. Memang manusia hanya memiliki dua jenis motivasi : mendapatkan kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Melalui film Dua Garis Biru, anak-anak akan mengamati apa saja dampak buruk dari seks bebas. Mulai dari rasa bersalah, malu, dan berdosa. Hingga masalah dengan teman, lingkungan sosial, orang tua, dan sakit fisik yang harus dihadapi.
            Ada sebuah konsep juga yang mengatakan bahwa kita akan mengingat 20% yang kita dengar, 30% yang kita lihat. 50% yang kita lihat dan dengar, 70% yang kita katakan. Lewat film ini, akan banyak yang anak-anak kita lihat dan dengar terkait edukasi seksual. Akan lebih lengkap jika setelah menonton didiskusikan bersama teman atau orang tua.

            Mungkin sinematografinya tidak sekeren film-film yang ditangani Riri Riza, tidak ada cast beken kayak Reza Rahardian atau Nicolas Saputra juga, apalagi punya cerita yang masif seperti besutan Nolan. Tapi, film ini harus ditonton untuk nilai edukasinya J


REFERENSI
Tischler, H.L. (2014). Introduction to Sociology. Belmont : Wadsworth Cengage Learning
Myers, D.G. (2009). Psychology in Modules. NY : Worth Publisher
Lawson, K. (2005). The Trainer’s Handbook. Hoboken : John Wiley & Sons
 
 










Bonus : Penampakan Anak-anak yang Telah Menonton Dua Garis Biru









Komentar

  1. Katingmu yang bernama Arya7 Agustus 2019 pukul 06.58

    Wah setuju banget zak bahwa film ini akan jadi film edukasi yang bagus karena nakanak akan melihat langsung dampaknya daripada mendengar ceramah yang menggurui, cuma kalo dibilang tidak ada cast beken, cast-cast film ini termasuk cast kelas satu zak, sebut saja Cut Mini, Lulu Tobing, Dwi Sasono, Rachel Amanda, dan tentu saja Zara JKT48 yang tengah naik daun sejak MV Everyday Kachuusha wkwkw

    BalasHapus

Posting Komentar