Main ke DPR (Sekali Lagi)


Tulisan ini adalah cerita singkat yang dapat saya sampaikan mengenai pengalaman saya sepanjang tanggal 15-18 Agustus 2018 di Jakarta untuk memenuhi undangan Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR-DPD RI, dan Upacara Peringatan HUT ke-73 Proklamasi RI di Istana Merdeka sebagai hadiah menjad 5 Peserta Terbaik Parlemen Remaja 201. Hanya hal-hal yang dapat saya sampaikan karena saya sendiri bingung apa yang pantas saya sampaikan.  Maka, saya tulislah judul "Main ke DPR (Sekali Lagi)".

Pengalaman saya yang satu ini sangat berbeda dengan pengalaman saya saat mengikuti Parlemen Remaja yang ceritanya dapat dibaca di Parja : Pengen Jadi DPR, Malah Jadi Menteri. Saat itu, saya memiliki landasan moral yang jelas atas hal yang akan saya lakukan. Satu hal, "Saya ingin belajar". Namun, entah karena suasana hati atau fisik saya yang sedang ga baik (ngurusin pindah ke kosan dan daftar ulang kuliah) dalam pengalaman yang akan saya ceritakan kali ini, saya bingung atas landasan moral yang saya miliki untuk melakukan hal yang akan saya lakukan saat itu. Apakah saya hendak belajar? Kalau ya, mengapa harus dengan cara itu? Apakah saya pantas mendapatkan hal ini? Kalau ya, pantas karena apa? Apakah ini sebatas untuk kepentingan pribadi atau juga ada manfaat untuk masyarakat?

Sampai sekarang, saya masih bingung mengenai landasan moral atas apa yang saya lakukan sepanjang 15-18 Agustus. Tapi, tidak mungkin saya tolak. Tidak akan saya jelaskan mengapa karena akan jadi panjang, pun kalian sudah bisa menebak sendiri alasannya. Tidak mungkin saya tolak, jadi saya berusaha saja melakukan yang terbaik untuk memenuhi hasrat moral saya. Maka, saya tetap ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak DPR-RI terutama Humas DPR-RI yang telah memfasilitasi kegiatan saya ini.

Tapi lagi, meski saya bingung apa saya harus menuliskan pengalaman ini atau tidak, banyak yang meminta dan saya pikir ini adalah pengalaman tidak biasa yang harus saya ceritakan. Mungkin juga, dengan menceritakan pengalaman ini akan ada hal baru yang saya dan pembaca bisa pelajari.

Berangkat!





Keberangkatan dan kepulangan dari kegiatan kali ini cukup unik. Aku pikir juga cukup menarik untuk diceritakan .-. Dapet tiket dari pihak panitia jam 4 subuh sampe 7 pagi dengan rute BDG-GMBR (JKT), jadi aku memutuskan buat tidur di stasiun biar ga telat walau akhirnya ga tidur .-. 



*Saya ga ada foto lain buat momen ini. Cuma ada foto dari instastory ini. Tolong abaikan tulisan ga jelasnya .-.







Bertemu Pimpinan DPR-RI

Sesuai jadwal, aku sampai di Stasiun Gambir  pukul 7 pagi. Yang ga sesuai jadwal adalah kegiatan setelah sampai. Kalau sesuai jadwal, harusnya aku dijemput, Tahunya ada miskomunikasi, aku baru nerima instruksi selanjutnya buat langsung ke Gedung DPR sekitar jam 10. Langsung deh cari ojek.

Begitu sampai, langsung ke bagian Humas DPR-RI, di sana sudah ada 3 orang teman saya, Ammar, Taufiq, dan Edo, dan 2 pendamping kami, Kak Zoel dan Kak Grace. Satu orang lagi teman saya, Nadya belum bisa hadir karena sedang mengikuti Ospek di FK UI. Sampai di sana, saya langsung ganti baju, lanjut menuju Biro Pemberitaan DPR-RI, kemudian bertemu Pimpinan DPR-RI. Pimpinan DPR-RI yang kami temui adalah Ketua DPR-RI, Pak Bambang Soesatyo dan Sekjen DPR-RI, Pak Indra. 

*Kalau kalian perhatiin, saya ga ada cerita saya mandi sebelum bertemy Pimpinan DPR-RI :) Tapi tetap ganteng kok


Jangan berekspektasi terlalu tinggi, ini cuma pertemuan basa-basi biasa. Sambutan biasa, sekadar ramah-tamah. Tapi, kami ga mau nyia-nyiain kesempatan ini. Kami pun curi-curi kesempatan buat diskusi masalah terkini sampai masalah klasik seperti buruknya citra DPR di mata masyarakat. Sebagai informasi, survei LSI menunjukkan bahwa DPR adalah lembaga negara dengan tingkat kepercayaan terendah.

Pak Bamsut (Bambang Soesatyo) memulai dengan mengatakan bahwa masyarakat perlu edukasi biar ga selalu mandang buruk parlemen dan politik. Kemudian aku pancing dengan nanyain kesalahpahaman kayak gimana yang dimaksud sehingga citra DPR jadi lebih jelek dari seharusnya dan bagaimana cara kita ngatasinnya. Pak Bamsut menjawab, penyebabnya adalah parlemen yang bersifat tertutup. Untuk itu, gagasan "open parliement" harus segera diterapkan, DPR sendiri akan meluncurkan aplikasi DPR-Now pada 29 Agustus 2018 yang bertepatan dengan HUT DPR-RI, lanjut beliau. Lalu, aku jawab bahwa aku sudah mencium niat baik DPR untuk menjadi lebih terbuka kepada masyarakat. Aku sampaikan apresiasiku tentang bagaimana mudahnya sekarang masyarakat untuk mengadakan kunjungan dan menyampaikan pendapat ke DPR (prosedurnya bisa dilihat di web DPR dan sudah sering dilakukan), masyarakat sekarang juga dapat melihat langsung jalannya sidang DPR-RI melalui live streaming di media sosial DPR atau TV Parlemen. Tapi aku tidak mau puas, aku menyampaikan sebuah harapan kepada DPR-RI. Aku berpendapat bahwa percuma sidang dan pemberitaan disebarkan, tapi masyarakat tidak mengerti konteks dari sidang-sidang yang dilakukan. Maka, aku menyarankan kepada DPR untuk menyediakan naskah akademik dari tiap bahasan RUU agar masyarakat memahami apa yang sedang DPR bahas dan masyarakat juga dapat percaya bahwa apa yang DPR bahas bukanlah omong kosong. 

*Fyi, DPR-RI itu ga kerja sendirian. DPR-RI dalam kerjanya dibantu oleh Sekretariat Jenderal DPR-RI dan Badan Keahlian DPR-RI yang diisi oleh profesional. Nah, dalam tiap pembahasan RUU, tenaga-tenaga ahli DPR membantu DPR termasuklah dalam menyediakan naskah akedemik.
*29 Agustus kemarin, DPR-RI benar meluncurkan aplikasi DPR-Now! Di aplikasi ini masyarakat bisa menyampaikan pengaduan dan aspirasi secara langsung, live streaming sidang DPR-RI, sampai mencari informasi tentang anggota DPR, proses legislasi, berita, agenda, hasil dan risalah rapat, sampai naskah akademik yang digunakan DPR-RI :) Mari kita lihat bagaimana nanti perkembangannya, apakah bakal memberi dampak positif yang besar atau nantinya akan ngawur seperti aplikasi Qlue milik Pemprov DKI Jakarta. 

Setelah bertemu dengan Pimpinan DPR-RI, kami masih belum dapat menuju tempat kami menginap karena pendamping kami, Kak Zoel dan Kak Grace, masih memiliki urusan sebagai pegawai Humas DPR-RI. Waktu itu kemudian kami gunakan untuk keliling-keliling Gedung DPR-RI.

Menghadiri Sidang Tahunan MPR-RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI 2018

 

Walau acaranya dimulai jam 9, kami udah turun dari penginapan sejak jam 4 subuh karena kami turunnya bareng pendamping kami yang jadi panitia acara ini. Untuk sidang-sidang yang akan kami saksikan sendiri, dilaksanakan di Gedung Nusantara I alias Gedung Sidang Utama. Setiap tahun, Sidang Tahunan MPR-RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI 2018 dilaksanakan di Gedung Nusantara I dan terbuka untuk umum. Ya, terbuka untuk umum. Bisa disaksikan live di TV Parlemen sampai medsos DPR. Setiap tahunnya juga, agenda ini mengundang "warga negara teladan". Ada ribuan warga negara teladan atas rekomendasi berbagai lembaga negara yang diundang. Tentu saja, tidak semuanya dapat masuk untuk menyaksikan langsung sidang. Hanya 70 orang warga negara teladan yang diundang masuk ke dalam ruangan. Lima di antara 70 orang tersebut adalah kami, 5 Peserta Terbaik Parlemen Remaja 2017.

Isi sidangnya apa aja? Cuma pidato Ketua MPR, Ketua DPR, sama Presiden mengenai kemajuan yang telah mereka capai. Ya, cuma kemajuan, ga ada kritik yang terlalu gimana-gimana. Cuma kritik-kritik halus dan basi yang dibawakan Ketua MPR, isu hutang, impor, dll. Buat yang berharap ada kritik mengenai isu HAM, maaf ya wkwkw. Kemajuan-kemajuan tersebut penting sih buat diketahui masyarakat umum, tapi ya biasa aja. Semua isi pidato ini bisa kita temukan dengan mudah di internet. Buka aja web resmi Pemerintah dan Parlemen. Semudah itu.



Tetap senang dan bersyukur sih dapat kesempatan ini. Selain agenda utama pun ada banyak hal yang kudapatkan dari pengalaman ini, aku tulis dalam instastoryku waktu itu (foto kiri).

Selain dapat pengalaman, oleh DPR dan DPD kami juga diberi beberapa cenderamata. Di antaranya adalah buku-buku yang udah aku ulas di instastory (foto kanan). Ga cuma itu, kamu juga dapet banyak produk sponsor seperti kopi yang menuhin stok kosanku yey.


Upacara HUT ke-73 Proklamasi  RI di Istana Merdeka


Ini bonus dari DPR-RI buat kami. Bonus yang mantap parah banget sihhh. Kami dikasi kesempatan buat ikut Upacara HUT ke-73 Proklamasi RI di Istana Merdeka. Masing-masing 5 Peserta Terbaik Parja dikasi satu undangan yang bisa kalian lihat di sebelah kiri. Dan, kalau kalian teliti ada tulisan bahwa undangan itu berlaku buat dua orang. Lagi-lagi, pendamping kami dari DPR-RI ini baik banget parah. Kami diizinin buat ajak temen kami ke upacaranya. Akhirnya kami berusaha hubungi deh teman-teman Parlemen Remaja yang ada di Jakarta. Maka, kumpul lagi deh bareng Eugene, Fiqri, Qonita, dan Rayfienta.

Kalau ditanya kesan mengikuti upacaranya, jujur sama aja sih kayak tiap 17-an yang aku ikutin. Tiap 17-an, aku selalu mikirin kembali apa sih makna kemerdekaan buat kita. Kali ini, menurutku, apakah Indonesia sudah merdeka 100% atau belum itu urusan perspektif masing-masing. Tapi, mengisi kemerdekaan dengan mewujudkan tujuan negara itu wajib buat semua.

Yaaaa. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Jalan, Pulang.

*Zaka berdoa agar setinggi jerapah.


Judulnya "jalan, pulang" bukan "jalan pulang" karena memang banyak banget jalannya. Mulai dari jalan malam di Jakarta yang ngebawa kami ke kuburan Belanda, jalan ke Kota Tua, sampai jalan ke Kebun Binatang Ragunan. Kami juga nyempetin live di Instagram buat ngedukung dan bantu calon-calon peserta Parlemen Remaja 2018. (yang baca ada yang lolos ga nih? ///banyak sih yang udah cerita lolos lol. Selamat yaaaa).

Buat pulangnya, aku dapet kereta di sekitar jam 9 yang nyampe di Bandungnya sekitar jam 12 malam. Dan karena kemaren buru-buru buat ngerjain tugas ospek, kemas kos, dsb. Akhirnya aku langsung ke Jatinangor jam 1 dini hari. 

*kelar*

Komentar