Tan Malaka : Bapak Republik yang Terlupakan



              Kita akrab dengan nama Sutan Sjahrir, Muhammad Yamin, Muhammad Hatta, dan Soekarno sebagai founding father negara kita lewat materi sejarah yang diajarkan di sekolah. Tapi, tahu kah kita bahwa hari ini, 2 Juni, adalah tanggal kelahiran satu nama lagi yang patut disejajarkan dengan nama-nama yang telah disebutkan sebelumnya? M.Yamin menyebutnya sebagai, “Bapak Republik Indonesia yang Sesungguhnya”, sedangkan Soekarno menggelarinya, “Orang yang ahli dalam revolusi”, dia adalah Tan Malaka.
           Tan Malaka atau Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka Pahlawan Nasional Indonesia adalah seorang filusuf, guru yang mengembangkan “sekolah rakyat”, pendiri Persatuan Perjuangan dan Partai Murba, mantan Ketua PKI, dan gerilyawan. Tan Malaka lahir di Nagari Padang, Sumatra Barat dengan waktu kelahiran dan meninggal dunia yang tidak dapat dipastikan. Hal ini menjadi sebuah ironi mengingat jasa-jasa beliau bagi Indonesia. Bahkan, orang pertama yang melakukan penelitian mendalam mengenai kehidupan Tan Malaka adalah sejarawan berkebangsaan Belanda, Harry Poeze.
            Berdasarkan penelitian Harry Poeze, diketahui bahwa Tan Malaka bersekolah di Kweekschool pada tahun 1908-1913. Selain itu, masa kecil Tan Malaka enggak jauh beda dengan masa kecil anak-anak Padang di masanya. Tan Malaka mempelajari Islam dan pencak silat secara mendalam. Kabarnya juga, Tan Malaka dapat menghafal seluruh isi Al-Quran. 
            Pada tahun 1913-1919, berkat bantuan secara moril dan materil dari gurunya, Horensma, Tan Malaka melanjutkan pendidikan di Rijweekschool (Sebuah sekolah guru) di Harlem, Belanda. Pada masa inilah Tan Malaka mendapat banyak pengaruh dari revolusi yang terjadi di Jerman dan Uni Soviet serta perjuangan kelas di Belanda. Tan Malaka yang datang dengan tujuan menjadi guru, kemudian dikenal sebagai murid yang pandai dan lihai bermain bola, pulang ke Indonesia membawa cita-cita revolusi.
            Jasa-jasa Tan Malaka dalam mengobarkan revolusi di Indonesia sangat tidak mungkin untuk disampaikan secara detil dalam tulisan ini. Secara singkat, Tan Malaka mengembangkan sekolah rakyat di Semarang, Pekalongan, Bandung, dan Yogyakarta. Konsep sekolah rakyat yang digagas Tan Malaka ini kemudian dicontoh dan berkembang dengan pesat di berbagai daerah lain karena kuriukulumnya dianggap cocok untuk orang Indonesia. Kemudian pada tahun 1922, Tan Malaka yang aktif di Sarekat Islam dan PKI berusaha menyatukan kekuatan Islam dan komunis untuk melawan penjajah dibuang ke Amsterdam karena dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun yang sama, Tan Malaka mewakili PKI dalam Konferensi Komunis internasional (Komintern) dan dilantik sebagai Wakil Komintern untuk Asia Timur. Sepanjang tahun 1922-1942, Tan Malaka berkeliling Asia mewakili Komintern sambil terus memperjuangkan revolusi Indonesia. Usaha nyata yang dapat dilihat adalah dari berbagai karya tulis seperti “Naar de Republiek Indonesia” (Menuju Republik Indonesia, 1928) yang merupakan tulisan pertama berisi konsep lengkap Indonesia sebagai sebuah republik.
            Pada tahun 1942, Tan Malaka kembali ke Indonesia dengan nama samaran Ramli Husein dan banyak melakukan kegiatan politik. Yang terbesar adalah mempioneri Rapat Besar di Lapangan Ikada, mendirikan Partai Murba, dan bergerilya bersama Jenderal Soedirman untuk mengusir Belanda yang kembali datang. Atas usahanya bergerilya tersebut, Tan Malaka dianggap melawan Pemerintahan Soekarno-Hatta yang memilih untuk kooperatif dengan Belanda. Kemudian, Tan Malaka dieksekusi oleh Tentara RI, sebuah republik yang ia perjuangkan.
         Dalam angka, Tan Malaka mencatatkan : perjalanan sejauh 89.000 km di 11 negara (setara mengelilingi bumi dua kali), menguasai 8 bahasa, tergabung dalam 8 organisasi, memiliki 5 jenis pekerjaan, menulis 26 karya, dan memiliki 23 nama samaran.
       Lokasi kematian Tan Malaka diperkirakan berada di Gunung Wilis Kediri, meski sampai sekarang masih diperdebatkan. Hal yang sama dengan tanggal lahirnya, namuan tanggal kelahirannya diyakini jatuh pada 2 Juni 1897. Oleh karena itu, selamat ulang tahun, Tan Malaka, Bapak Republik yang Terlupakan. Semoga bangsa ini mulai mengingat kembali perjuanganmu dan mewarisi semangatmu.


========================================================================
Referensi :
1)Tempo. 2016. Tan Malaka : Bapak Republik yang Dilupakan. Jakarta : KPG
2)Malaka, Tan. 2016. Dari Penjara ke Penjara. Jakarta : Narasi
3)
https://id.wikipedia.org/wiki/Tan_Malaka
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bonus kutipan favorit penulis dari Tan Malaka

“Tujuan pendidikan itu mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan,
dan memperhalus perasaan.” – Tan Malaka

Komentar

  1. Ga boleh bohong, tulisan ini sebenarnya tugas nulis teks biografi bahasa Inggris di sekolah :')

    BalasHapus

Posting Komentar