Perlakuan yang Menjadi Kekhasan Kuliner Nusantara

            Satu hal yang sering kita bangga-banggakan tentang negara kita ini adalah kulinernya. Rendang, nasi goreng, dan bakso adalah wakil dari makanan kebanggan kita. Di kelompok minuman kita memiliki berbagai macam jenis kopi yang nikmat tersaji di seluruh sudut kota maupun desa. Kali ini kita kesampingkan dulu kuliner seperti rendang. Memang rendang diyakini oleh banyak orang adalah makanan terbaik di dunia, kita semua pun tahu kenikmatannya datang dari proses memasak yang panjang (Dan dasar orang Indonesia yang jarang makan daging karena mahal ehe). Nah, kali ini mari kita bahas perlakuan-perlakuan sederhana, namun menjadi kunci utama kekhasan kuliner di Nusantara.

1.Cairan Rahasia
            Setelah menumis bumbu dan diaduk dengan nasi yang sengaja dikeraskan, Abang nasi goreng menambahkan berbagai cairan. Kecap manis masuk *sep*, kecap asin juga ikut *sep*, kemudian setelah bertanya, “Pesennya pedes ga, De?” maka cabai giling setengah cair (koloid) pun juga ikut masuk *sep*. Tanpa kita sadari, ada satu cairan lagi yang masuk. Cairan yang masuk itu adalah cairan yang sangat spesial sehingga perlu diam-diam memasukkannya. Bagaimana teknik yang dilakukan Abang-abang nasi goreng di seluruh Nusantara secara diam-diam memasukkannya? Sesungguhnya ketika Sang Abang  bertanya-tanya sambil memasak adalah pengalih perhatian pembeli, termasuklah ketika mengenai tingkat kepedasan tadi. Di saat itulah terdengar pula bunyi, “Slerp! Slerp!” Sang Abang diam-diam menggosok jidat dan menuangkan cairan spesial dari situ. Cairan tersebut tak lain dan tak bukan adalah cairan yang dihasilkan oleh sweat glands.


            Well, Guys, penggunaan cairan rahasia ini tidak hanya digunakan oleh abang nasi goreng. Sebagaimana yang kita sering temui, sehingga ini bukan lagi rahasia umum, yakni penggunaan cairan rahasia untuk kopi yang terpampang nyata saat Abang penjual menyeduh tanpa menggunakan baju.

2.Micin : Shortcut Bakso Lezat
            Saya mahfum bila banyak yang tidak mengetahui perihal cairan rahasia. Namun bila Anda belum tahu micin alias MSG sering diguanakan untuk membuat bakso menjadi lezat, maka kemungkinan besar Anda-Anda tidak mencintai kuliner Indonesia. Anda hanya tahu menikmatinya tanpa ingin tahu proses pembuatannya. “Sesungguhnya terdapat tanda-tanda kebesaran kuliner Indonesia dalam proses pembuatan bagi mereka yang memerhatikan.” Karena Anda-Anda sekalian tidak tahu, baiklah saya beri tahu : Jika x adalah variabel untuk 1 sendok teh, maka penggunaan garam dalam satu mangkok bakso adalah 1/2x sedangkan micin digunakan sebanyak X!

3.Sendok Serbaguna
            “Tok! Tok! Tok!” Tiga kali Abang Rumah Makan memukul sendok pada wadah berisi kuah santan saat saya memesan sayur bening. Ya! Sendok beserta kuah santan yang masih menempel tersebut kemudian digunakan untuk mengambil sayur bening! Kalian tidak sadar kah? Pantas kalian bertanya-tanya mengapa masakan di rumah makan begitu adiktif. Kalian tidak tahu bahwa saat kalian makan kuah bening itu sebenarnya bukanlah sekadar kuah bening, melainkan kuah bening dengan sedikit percikan kuah santan. Begitupula saat kita memakan kuah santan, itu bukanlah kuah santan, melainkan kuah santan yang bercampur kuah bening. Perpaduan-perpaduan yang padu secara hqq juga dapat kita lihat pada sajian yang lain. *Hanya bagi mereka yang memerhatikan.

4.Memanggang Bersama Tenaga Alam
            Bukan tanpa alasan para tukang sate memanggang secara outdoor; di tepi jalan. Itu adalah teknik rahasia! Memanfaatkan suhu tropis Nusantara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa, panas tersebut dapat digunakan untuk membantu proses pemanggangan! Terlebih jalanan-jalanan Indonesia yang dipenuhi oleh kendaran dengan polusinya, Ya! Itu dia saudaraku! Polusi tersebut kemudian menempel dan menyatu padu sebagai bumbu bersama sate yang sebagai makanan khas Nusantara kita selalu puji! Saya tidak tahu apakah dahulu, saat kendaraan belum ramai, polusi di dapat dari gunung api atau tidak, tapi saya tahu, dan saya yakin pasti, “Sesungguhnya terdapat tanda-tanda kebesaran kuliner Indonesia dalam proses pembuatan bagi mereka yang memerhatikan.” TOK! TOK! TOK! Paripurna!
            Baiklah saudara-saudara, sampai di sini, habis sudah pembahasan kita mengenai perlakuan yang menjadi kekhasan kuliner Nusantara. Di ujung pembicaraan ini pula saya ingin menyampaikan hikmah yang dapat kita petik (Sesungguhnya saya adalah penganut didikisme). Hikmah apakah yang dapat kita petik? Jadi begini, Mas! Pernahkah Anda menemui nasi goreng buatan hotel senikmat nasi goreng dengan cairan rahasia di tepi jalan? Atau pernahkah Anda berpikir mengapa rasa kopi di tepi jalan dapat bersaing dengan kopi luar negeri meski harganya adalah 5000 banding 50.000? Tanpa perlakuan spesial, maka hilanglah identitas kuliner kita. Terkait mudarat dari shortcut kelezatan bakso, itu sudah dilaksanakan sejak lama (Ajinomoto hadir sejak 1970), jika memang sangat banyak mudaratnya, maka Nenek dan Kakek kita yang hobi ngebakso tepi jalan pasti akan hancur kesehatannya dibanding negara lain. Hal yang sama berlaku untuk sajian rumah makan dan sate dengan tehnik spesialnya. Jadi jangan misuh-misuh dan suka nyinyir sama hal yang kecil yang ga ngaruhlah. Untuk memperjelas, apakah hal yang berlaku sama itu?

“Terkadang kalau ga terlalu dipikirin, ga terlalu dicerewetin, dan ga terlalu digengsiin,
hal-hal dalam hidup akan menjadi lebih nikmat.”

Wes, biarkan Tuhan dan perut yang mengatur! 

Komentar

Posting Komentar