#Disclaimer : Yaaaa, aku sudah
tahu kalau Hari Ibu di Indonesia itu sudah kurang tepat dimaknai oleh masyarakat Indonesia, dan hal itu sudah
mengakar. Hari Ibu secara historis seharusnya dirayakan lebih dengan mengenang
pergerakan perempuan Indonesia, bukan sekadar mengenang jasa Ibu sendiri. Tapi
yaaaa, Ibuku untungnya selain sangat berjasa untuk saya, juga banyak berbuat
untuk masyarakat sekitar ;)
Ibuku itu
namanya Norma Dini, tapi nama aslinya Normawati. Profesinya bidan desa di Kabupaten Kubu Raya. Beliau orangnya agamis pake
sangat. Pribadi yang agamis inilah yang menjadi alasan beliau berganti nama.
Namanya diganti sepulang melaksanakan ibadah haji. Nama di KTP-nya tetap
“Normawati”, lalu panggilannya jadi “Norma” atau “Dini” (Jangan lupa pake
tante, atau kalau kamu merasa yakin kita adalah jodoh, silakan kayak aku, manggilnya
“Mama”). Agamis-agamis gini beliau juga melek ilmu pengetahuan moderen.
Orangnya rajin pake banget soal ngebaca. Buku terfavorit dan paling berpengaruh
dalam hidupku, How to Win Friends and Influence People karangan Dale Carnegie, aku
dapatkan dari beliau. Soal pribadi, orangnya gila tangguh dan paling anti sama
yang namanya kemunafikan. Klop bangetlah sama aku. Paling-paling kadang
debatnya ya karena aku “kurang agamis”. Overall beliau adalah “panutanque”
wkwkw
Sebenarnya
aku mau nulis panjang lebar tentang Ibuku ini, tapi sayangnya banyak hal yang
beliau larang untuk sampaikan ke orang banyak. Kayak gimana ya, kebaikan dan
penderitaan itu ga usah terlalu diumbar katanya. Walau kalau lihat facebook
beliau, Masya Allah, kayak minum obat, mungkin 3x sehari ngepublis status.
Alasannya sih “facebook untuk dijadikan tempat menyimpan kenangan”. Dengan
alasan itu pula saya menulis blog ini; biar Mama ga usah khawatir, karena akan
ada selalu ada 2 orang yang bakal ngenang jasa Mama.
*2 orang itu
satunya adekku wkwkw
Kalau
ditanya aku senang atau enggak sama cara beliau ngebesarin aku, dengan tegas
aku bakal bilang “MANTAP JIWA”. Sejak aku umur 4 tahun (adekku 2 tahun) memang
keluarga kami enggak kayak kebanyakan; orang tua kami bercerai. Lalu sejak
masuk SD juga udah tinggal pisah sama mama. Demi pendidikan yang maksimal dan
karir yang mulus untuk mamaku. Aku memilih tinggal sama nenek di Pontianak dan
memberikan kelapangan bagi mama untuk meniti karir di Kubu Raya. Waktu SMP,
biar mama dan nenek lebih ringan kami memutuskan bahwa aku bakal ke sekolah
naik sepeda (dulunya ngojek), lalu masak dan belanja sendiri untuk makan
sehari-hari aku dan adekku.
Lalu letak
kesenangannya di mana? Meski waktu bersama kami jauh lebih sedikit dibandingkan
keluarga-keluarga lain, beliau bisa memaksimalkan waktu yang ada untuk mendidik
aku dan adikku ^^ Mungkin karena latar belakang pendidikan dan beliau adalah
orang kesehatan, semuanya bisa lancar seperti ini. Aku ga pernah merasa lebih
menderita dari orang lain, aku malah merasa diberikan kebebasan lebih
dibandingkan anak lain untuk mengembangkan diri.
Sekarang,
aku udah punya ayah baru, namanya Syaiful Bachri. Orangnya gimana? Behhh, gak
kalah mantep. Memang orang baik itu jodohnya sama orang baik ya. Jadi gitulah
ya, “ayahku ada dua”, lebih beruntung dari kalian wkwkw Ibuku juga dua, satunya
nenekku yang karena ngerawat aku pas SD, daripada dianggap nenek lebih mirip
ibu sendiri wkwkw
Soal
pengabdian beliau sama masyarakat nih yaaa, ... sayang banget ga bisa aku
ceritain karena beliau takut riya -_- Tapi kalau emang mau tahu, beberapa
prestasinya : Posyandu yang beliau bina pernah juara 1 nasional di lomba yang
diadain Astra Indonesia, terus PKK yang sekarang beliau bina baru aja dapet
penghargaan Most Active Community dari For Her Jawapos, beliau juga barusan
namatin pendidikan D4 Kebidanaan (Waktu D3nya masih single parent!), dan tentu aja udah berhasil membesarkan DUA ANAK
YANG GANTENG; adik saya dan terutama saya. Beliau juga sering ngadain baksos
secara pribadi buat orang-orang yang membutuhkan. Di kliniknya, orang-orang
yang kurang mampu dikasi keringanan.
Akhir kata,
aku sampaikan lagi kalau tujuan utama aku nulis memang cuma biar beliau selalu
ingat ada orang yang menjadikannya panutan. Tapi kalau berkenan, aku mau kasi
pesan buat kalian yang besar di keluarga broken
home, jangan pernah putus asa, jangan pernah merasa lebih menderita, kita
memang dibesarkan dengan berbeda, oleh karena itu kita akan menjadi “Besar”
dengan berbeda pula, tidak sekadar sama seperti kebanyakan orang!
Selamat Hari Ibu, Ibu Norma Dini!
#Disclaimer lagi : Aku memang bisa baper-baper gini kalau lewat
tulisan, tapi jangan terlalu dibahas ya kalau ketemu langsung, ga suka
baper-baperan -_- *JUGA BERLAKU BUAT MAMA*
Komentar
Posting Komentar