Sabtu pagi kemarin aku nemenin nenek belanja di pasar. Satu di antara tempat yang kami singgahi adalah tempat penjual pulut (ketan). Tempatnya benar-benar menarik perhatian, setidaknya perhatianku. Hal yang menarik adalah penjual pulut tersebut adalah seorang nenek-nenek yang usianya paling tidak 60 tahun, jualannya juga tidak hanya pulut, nenek tersebut juga menjual santan dan rempah (Normalnya di pasar seseorang hanya menjual satu jenis komoditi). Sangat menarik, karena di usia tersebut ia masih bersemangat untuk mencari nafkah dengan cara yang bermartabat.
Saat aku dan nenekku mendatangi tempat tersebut, nenek penjual sedang melayani pelanggan lain. Tangannya dengan sulit berusaha mengikat plastik santan dengan karet gelang. Aku awalnya hanya melihat dengan senyum biasa, tapi tiba-tiba aku tertegun mendengar perkataan seorang Ibu yang merupakan pembeli santan tersebut, terjadilah percakapan Ibu tersebut dengan sang nenek penjual yang kira-kira seperti ini,
"Ngikatnya benar-benar dong , Nek. Nanti kalau dijalan tumpah kan ga bisa dipake."
"Iya, sebentar."
"Bisa ngikat gak, Nek?"
"Ini lagi belajar ini."
"Sini, Nek. Biar saya ngikatnya sendiri aja."
"Sebentar ya, sebentar." sang Nenek mulai terlihat salah tingkah sambil tetap berusaha profesional dengan mengikatnya sendiri."
"Sini, Nek. Biar saya sendiri aja." merampas plastik santan dari tangan sang nenek.
"Nah, gini kan bagus. Kuat. Lebih pandai juga saya daripada nenek." dengan senyum Ibu itu berkata.
"Nah, gini kan bagus. Kuat. Lebih pandai juga saya daripada nenek." dengan senyum Ibu itu berkata.
Sang nenek penjual pun hanya tersenyum sambil memasukan santan ke dalam kantong. Masih belum selesai, Ibu tadi lanjut berbicara
"Nek, ini santan bikinnya pakai air apa."
"Pakai air parit." Nenek penjual menjawab dengan nada bercanda, kemudian menatap aku dan nenekku yang membuat kami tersenyum dengan wajah setengah bingung.
"Masak pakai air parit, Nek. Ada-ada aja Nenek ini, sakit dong perut kita."
"Iya, pakai air yang untuk makanlah." jawab sang Nenek
Ibu itu pun kemudian pergi.
"x#^#=]=:]:];]*#*@(?@=#=#" Nenek penjual memaki dengan pelan sambil menunjuk Ibu tadi seraya Ibu tadi berjalan.
Nenek penjual pun terlihat sedih sambil sedikit mengungkapkan kekesalannya pada aku dan nenekku. Nenekku pun berusaha menenangkan Nenek penjual, sementara aku hanya tersenyum dengan kebingungan harus bereaksi seperti apa.
---------------------------------------------------------------------------
Dari peristiwa tadi, hal yang dapat aku pelajari adalah manusia sering kali bertindak tanpa berusa memikirkan perasaan orang lain. Ibu pembeli mungkin hanya bermaksud untuk bercanda, namun bercandaan dari Ibu tadi benar-benar menyakiti perasaan nenek penjual.
---------------------------------------------------------------------------
Dari peristiwa tadi, hal yang dapat aku pelajari adalah manusia sering kali bertindak tanpa berusa memikirkan perasaan orang lain. Ibu pembeli mungkin hanya bermaksud untuk bercanda, namun bercandaan dari Ibu tadi benar-benar menyakiti perasaan nenek penjual.
Aku sendiri pernah melakukan hal yang sama. Baru-baru ini seorang teman dekatku di kelas mengatakan bahwa aku pernah membullynya. Pernyataan tersebut membuat aku benar-benar kebingungan. Ternyata yang dimaksud adalah saat SMP aku bersama seorang temanku yang lain pernah bermaksud bercanda padanya dengan melempar-lempar sepatunya tersebut agar ia mengejarnya bolak-balik.
Satu lagi. Tidak menutup kemungkinan bahwa Ibu pembeli di cerita pertama sepenuhnya hanya sekadar bercanda tanpa bermaksud menyakiti perasaan nenek penjual.
Benar-benar kita tidak pernah tahu apa yang orang lain sebenarnya rasakan.
=================================
[EKSTRA]
Kita memang tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya orang lain rasakan. Tapi kita bisa berusaha untuk mengetahuinya. Kita dapat berusaha memosisikan diri menjadi orang lain, seperti kata pepatah "Perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan". Dengan memosisikan diri seperti itu kita dapat mengira-ngira apakah orang tersebut akan senang atau sedih bila kita melakukan suatu hal padanya. Namun cara terbaik untuk mengerti adalah dengan mendengar langsung dari orangnya;tanyakan.
[EKSTRA]
Kita memang tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya orang lain rasakan. Tapi kita bisa berusaha untuk mengetahuinya. Kita dapat berusaha memosisikan diri menjadi orang lain, seperti kata pepatah "Perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan". Dengan memosisikan diri seperti itu kita dapat mengira-ngira apakah orang tersebut akan senang atau sedih bila kita melakukan suatu hal padanya. Namun cara terbaik untuk mengerti adalah dengan mendengar langsung dari orangnya;tanyakan.
Di sisi lain, saat kita merasa tersakiti kita juga tidak bisa begitu saja sepenuhnya menyalahkan orang yang menyakiti kita. Bisa saja orang tersebut tidak bermaksud begitu. Dan jika kita benar-benar ingin dimengerti, kita harus mengungkapkannya.
[Ekstra-ekstraaaa]
Karena suatu kesalahan, seorang teman pernah membuat aku galau sampai beberapa minggu. Ia mengatai bahwa apa yang selama ini aku lakukan dan aku katakan semuanya adalah sia-sia, seperti munafik karena aku melakukan satu kesalahan tersebut. Benar-benar membuatku galau karena aku selama ini merasa cukup tegak memikul prinsip. Sekarang sudah tidak terlalu galau, dengan menganggap bahwa ia hanya tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku anggap ia hanya tidak tahu karena aku cenderung tidak peduli dengan perkataan buruk orang-orang biasa, ia tidak tahu aku sudah menganggapnya sebagai teman dekat.
Karena suatu kesalahan, seorang teman pernah membuat aku galau sampai beberapa minggu. Ia mengatai bahwa apa yang selama ini aku lakukan dan aku katakan semuanya adalah sia-sia, seperti munafik karena aku melakukan satu kesalahan tersebut. Benar-benar membuatku galau karena aku selama ini merasa cukup tegak memikul prinsip. Sekarang sudah tidak terlalu galau, dengan menganggap bahwa ia hanya tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku anggap ia hanya tidak tahu karena aku cenderung tidak peduli dengan perkataan buruk orang-orang biasa, ia tidak tahu aku sudah menganggapnya sebagai teman dekat.
Komentar
Posting Komentar