PR dan Sistem Pendidikan Kita.

Hari ini aku menjelajah lini masa media sosialku.
Kutemui banyak pelajar yang mengeluh mengenai pekerjaan rumah yang kian menumpuk.

Kalau dulu karena aku kurang fakta, aku mikir "Ngapain sih protes? Ikutin aja, kalau disuruh sama guru pasti ada gunanya."

Tapi sekarang pemikiranku agak membengkok. Setelah mengerti bahwa belajar itu tidak hanya soal mata pelajaran di sekolah, akhir-akhir ini aku lebih tertarik memelajari hal yang tidak akan aku dapatkan di sekolah. Berorganisasi, film, sastra, sudut pandang tokoh sejarah yang tak akan kudapatkan di sekolah, ilmu bumi, dan lain sebagainya.

Kesemuaan itu adalah hal yang menurutku lebih berguna daripada mencari notasi sigma dari barisan bilangan atau mencari nilai keasaman suatu zat.

Mungkin kalian tidak akan setuju. Masih dalam mungkin-mungkinan, mungkin kalian merasa menghitung nilai keasaman suatu zat tadi itu sangat penting, apalagi jika bisa bereksperimen menghasilkan sebuah karya dari ilmu tersebut.

Tapi hey, kau dan aku memiliki kesamaan. Jika tugas rumah kita menumpuk, kita tidak akan memiliki waktu luang untuk belajar hal yang kita sukai tersebut.

Jadi.
Wahai Bapak Menteri, wahai guru-guruku yang sangat aku hormati, wahai semua pihak yang mengatur pendidikan formal dan non formal di negeriku.
Berikanlah kami waktu luang untuk memelajari hal yang kami sukai. Apalah gunanya kita belajar bila kita tak menginginkannya, "Belajar tanpa keinginan itu percuma." ucap Leonardo Da Vinci.

Ah, aku lupa. Kalau tidak salah Pak Menteri telah membuat peraturan untuk melarang adanya PR. Tapi entah mengapa menurutku peraturan tersebut belum benar-benar dipatuhi oleh mereka yang mengajarkan kami untuk patuh pada peraturan, Pak.

Aku tak menyalahkan siapa-siapa di sini, aku hanya ingin menyampaikan pandangan dan harapan-harapanku. Lagi pula bila memang diberikan "pekerjaan rumah" (Aku baru sadar bahwa sebagai seorang pelajar kita diminta untuk terus bekerja berkutat pada materi-materi itu bahkan di rumah). Aku ulangi, aku tetap akan melaksanakan pekerjaan rumah tersebut.

Aku merasa sudah terlalu banyak protes, maafkan aku bila memang begitu. Tapi sekali lagi aku hanya sedang menyampaikan pandangan dan harapan-harapanku. Idolaku, Soe Hok Gie berkata, "Murid itu bukan kerbau.". Kerbau tidak pandai menulis, agar tidak dianggap kerbau, makanya sekarang aku menulis.

Aku ingin menulis ....

Seandainya ada mata pelajaran "Pemanfaatan waktu luang." Di mana dalam mata pelajaran tersebut kami tidak dipaksa harus belajar apa, namun kami harus memertanggungjawabkan waktu luang kami di rumah. Tentunya aku dan dia, temanku tadi yang senang belajar kimia lebih lanjut akan sangat senang menerimanya. 
Dengan begitu ilmu pengetahuan kami akan lebih luas karena kami akan belajar lebih banyak hal, akan lebih mendalam karena kami akan menyelami ilmu tersebut layakanya penyelam yang dibebaskan untuk mengeksplorasi lautan yang indah.

=======================================
Ditulis tanpa pengecekan, dibuat hanya dalam waktu sekitar 10menit.
Oke, tulisan ini sangat acak-acakan. 

Maaf bila membuat mata kalian sakit. Dan aku akan sangat senang bila kalian menyampaikan pandangan kalian terhadap tulisan ini, termasuk pandangan kalian tentang mengapa tulisan ini membuat mata kalian sakit.

- Zaka
22/01/2017

Komentar