Pertama-tama maafkan saya jika paparan saya dalam
tulisan kali ini jauh dari kebenaran, saya sendiri sadar kalau saya baru
menempuh dunia pendidikan selama 10tahun, itu pun hanya sebagai
pelajar.
Tapi penghapsan
UN dengan alasan menghindari kecurangan ini sedikit tidak logis. Mungkin
Bapak dan Ibu sekalian yang berkata begitu lupa kondisi di lapangan
selama menjadi siswa, tapi saya yang masih aktif sebagai pelajar ini
sadar betul bahwa KEJUJURAN DALAM BELAJAR ITU DIANGGAP ANEH DI KALANGAN
PELAJAR.
Silakan
tanyakan pada anak Bapak dan Ibu sekalian, apa yang sesama siswa lakukan
jika ada temannya yang tidak mau memberikan contekan pada temannya yang
lain, atau ketika ada seorang siswa yang menasehati temannya yang lain
untuk tidak berbuat curang dalam belajar. Jawabannya jelas mereka akan
dianggap sok suci, dikucilkan, dan mendapat perbuatan buruk lainnya.
Jadi,
adakah media lain untuk mengevaluasi pembelajaran siswa yang lebih
dapat dipercaya selain UN, saat nilai rapor di dunia pendidikan kita ini
penuh dengan kecurangan dalam proses penilaiannya?
"Apakah layak siswa yang telah lelah belajar selama 3tahun, seluruh penilaian untuknya ditetapkan dengan ujian selama 1minggu?"
Tentu
saja Bapak dan Ibu sekalian, jika siswa tersebut memang benar belajar
dengan sungguh-sungguh, tentu tidak akan ada keberatan untuk menghadapi
ujian kapanpun. Karena mereka memang benar belajar. Lagipula nilai UN
saat ini tidak menjadi penentu kelulusan, hanya untuk evaluasi dan
validasi nilai yang didapatkan oleh siswa.
Sebenarnya
saya memiliki 1 ide untuk permasalahan ini. Yaitu agar evaluasi
pembelajaran siswa Indonesia tidak berdasarkan nilai. Berikan saja
mereka kebebasan berekspresi dalam belajar, ketika sudah waktunya mereka
memasuki perguruan tinggi. Baru saat itulah mereka dites apa yang sudah
mereka pelajari selama ini.
Aduh kok kata-kataku jadi kasar gitu ya, mohon maafkan wkwkw
Mohon komentar untuk membenarkan semua kesalahan yang ada daalam tulisanku inj ya ^^
Komentar
Posting Komentar