Mempopulerkan Budaya Pembelajaran Digital Dengan Sekolah Digital Award Untuk Memaksimalkan Manfaat TIK dalam Belajar Sehari-hari

Mempopopulerkan Bu PemDi Dengan SeDi Award
Untuk Memaksimalkan Manfaat TIK dalam Belajar Sehari-hari
(Manfaat Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam Belajar Sehari-hari)








“Mempopulerkan Bu PemDi (Budaya Pembelajaran Digital) Dengan SeDi (Sekolah Digital) Award” merupakan sebuah gagasan untuk memancing budaya dan semangat seluruh elemen pendidikan di Indonesia untuk memanfaatkan TIK dalam kegiatan belajar dan mengajar sehari-hari demi memaksimalkan manfaat dari produk-produk pembelajaran digital yang sudah disediakan oleh Pemerintah.”

=============================================================

Mempopopulerkan Bu PemDi Dengan SeDi Award
Untuk Memaksimalkan Manfaat TIK dalam Belajar Sehari-hari

            Di zamannya “generasi Z” atau zaman milenium alias abad ke-20 ini teklnologi informasi dan komunikasi sudah tersebar luas dan menjadi konsumsi masyarakat umum. Tidak ada penghalang antara masyarakat yang memiliki kelebihan harta dan yang kekurangan harta, atau golongan suku, ras, dan agama dalam memanfaatkannya. Dapat kita lihat bahwasanya hampir semua orang memiliki gawai (gadget) yang terhubung ke Internet yang merupakan jaringan penghubung masyarakat seluruh dunia. Dan menurut Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia, pada tahun 2016 pengguna Internet di Indonesia mencapai 88,1 juta orang pengguna aktif, lalu juga di kalangan pelajar sendiri hampir dari seluruh demografi tersebut merupakan pengguna aktif Internet.
            Menanggapi hal ini Pustekkom Kemendikbud tentunya tidak hanya tutup mata dan konservatif dengan metode belajar sehari-hari. Berbagai produk mulai dari Rumah Belajar yang dapat menjadi sekolah kedua bagi pelajar untuk melanjutkan kegiatan belajar-mengajar layaknya di sekolah, TV Edukasi yang dapat menemani pelajar di rumah dengan suasana yang edukatif, atau m-Edukasi yang menyediakan piranti penunjang pembelajaran siswa melalui telepon genggam mereka, hingga BSE yang tentunya sangat akrab di kalangan masyarakat Indonesia sebagai solusi untuk mendapatkan buku pembelajaran sekolah dengan biaya semurah-murahnya.

Lalu, apa kaitan gagasan penulis dengan fakta-fakta tersebut?
            Di sini penulis melihat bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya sudah memiliki banyak media untuk melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan TIK, selain produk-produk resmi dari Kemendikbud beberapa elemen masyarakat pun sudah banyak yang berusaha menghadirkan media pembelajaran digital yang inovatif, sebut saja zenius.net, GeSchool Learning bentukan Habibie Center, dan masih banyak lagi produk-produk pemanfaatan TIK untuk pembelajaran yang diciptakan oleh masyarakat Indonesia. Namun produk-produk tersebut belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat kita. Tak perlu melakukan survey, penelitian, dan sebagainya,  penerapan dari konsep pembelajaran berbasis TIK di Indonesia memang  masih dalam tahap awal sudah menjadi rahasia umum.
            Dari sekian banyak media-media yang tersedia untuk memanfaatkan TIK dalam belajar sehari-hari, apa yang sebenarnya menyebabkan masyarakat Indonesia masih belum mampu memanfaatkannya secara maksimal? Yang pertama tentu saja adalah karena fasilitasi TIK yang belum merata di Indonesia, di mana masih banyak tempat yang belum memiliki akses yang lancar untuk memanfaatkan TIK. Kita pun tak bisa berbuat banyak untuk menangani permasalahan ini, namun yang menjadi perhatian utama penulis bukanlah permasalahan tersebut. Melainkan kurangnya pemanfaatan TIK dalam belajar sehari-hari di kalangan pelajar dan tenaga pendidik yang sudah memiliki fasilitas TIK yang memadai.
            Secara umum, kurangnya pemanfaatan TIK di kalangan masyrakat kita disebabkan oleh tidak adanya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan TIK itu sendiri. Misalnya, banyak dari tenaga pengajar yang tidak mau belajar lagi cara-cara untuk memanfaatkan TIK dalam mengajar, mereka merasa sudah sangat nyaman dengan metode pembelajaran yang selama ini mereka terapkan dan tidak mau repot-repot untuk mencari metode baru dengan memanfaatkan TIK meskipun mereka sadar bahwa pemanfaatan tersebut akan berdampak baik pada kelancaran proses mengajar mereka. Di sisi lain, para pelajar di Indonesia secara umum juga masih belum mengerti dan mau belajar memanfaatkan TIK untuk belajar sehari-hari, hal inilah yang menjadi ironi saat mereka mengeluh bahwa Pemerintah kurang memfasilitasi pelajar untuk belajar dengan biaya yang terjangkau. Mereka mengeluhkan harga buku, padahal Pemerintah sudah menyediakan buku sekola elektronik, mereka merasa perlu bimbingan belajar tambahan, namun tak mampu untuk membayar, padahal Pemerintah sudah meluncurkan Rumah Belajar, bahkan untuk belajar sambil mendapatkan hiburan pun Pemerintah sudah menyediakan Tv-E dan E-Radio.         
            Berdasarkan semua penjabaran di atas, telah jelaslah kita perlu melakukan membudayakan pemanfaatan TIK dalam kegiatan belajar sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Kemerdekaan dan Teknologi Indonesia,
 “Untuk menjadi bangsa yang besar Indonesia mutlak perlu kuasai teknologi.”
- Ir.Soekarnoe & B.J Habibie

Sekolah Digital Award sebagai pelatuk budaya pembelajaran digital Indonesia
            Ada pun solusi yang penulis tawarkan agar budaya pemanfaatan TIK dalam belajar sehari-hari dapat diterapkan secara maksimal adalah “Sekolah Digital Award”. Sekolah digital award ini adalah sebuah program penganugrahan yang penulis ajukan untuk dijalankan oleh Pemerintah. Mekanisme untuk Sekolah Digital Award sendiri adalah sebagai berikut :

1.Calon penerima penganugrahan adalah seluruh sekolah di Indonesia
            Alasan untuk menetapkan peserta adalah pihak sekolah, dan bukan individu adalah agar tujuan untuk membudayakan pemanfaatan TIK dalam belajar sehari-hari dapat tercapai secara luas.

2.Penilaian dilakukan dengan memerhatikan fasilitas TIK yang tersedia
            Hal ini perlu dilakukan untuk mewujudkan kesamarataan fasilitas TIK di seluruh sekolah di Indonesia, mengingat tidak semua sekolah memiliki fasilitas TIK yang tergolong memadai. Sebagai contoh Sekolah A memiliki proyektor di setiap kelasnya, namun Sekolah A belum memiliki fasilitas Internet yang memadai. Di sisi lain, sekolah A terus memaksimalkan fasilitas yang sudah ada, para gurunya mengajar dengan media-media atraktif yang ditampilkan melalui proyektor. Terlihat simpel, namun sebenarnya hal ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa karena sekolah tersebut telah memanfaatkan dengan maksimal fasilitas TIK yang tersedia. Hal ini juga dilakukan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi setiap sekolah agar semua sekolah termotivasi untuk menerapkan budaya pemanfaatan TIK dalam belajar sehari-hari.


3.Dilakukan di tingkat nasional, provinsi, dan kota
            Mekanisme ini diterapkan dengan tujuan agar ketika sekolah yang belum memiliki fasilitas TIK yang baik, ketika mereka mendapatkan penghargaan di tingkat Kota, mereka akan mendapatkan modal untuk meingkatkan fasilitas TIK-nya. Jadi saat di tingkat provinsi dan nasional, fasilitas yang di miliki tiap sekola akan seimbang. Dengan mekanisme ini juga, Pemerintah dapat menunjukkan keseriusannya untuk menghadirkan fasilitas TIK yang merata di seluruh Indonesia.

4.Pengajuan Sekolah Digital dilakukan melalui media sosial
            Dilakukannya pengajuan melalui sosial media ini dengan tujuan agar sekolah yang satu dengan yang lain dapat mempelajari atau meniru dan mengembangkan program pemanfaatan TIK yang ada di Indonesia. Di sisi lain, pemanfaatan media sosial ini juga akan menggiring penggunaan media sosial untuk kegiatan-kegiatan yang positif, di mana sebagaimana yang kita ketahui media sosial saat ini sering kali disalahhunakan oleh berbagai pihak.

5.Kriteria Penilaian dari Sekolah Digital Award

     A.Pemanfaatan produk yang terstandarisasi oleh Kemendikbud
            Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa telah banyak sekali produk-produk atau program yang diluncurkan oleh Kemendikbud, khususnya Pustekkom untuk memfasilitasi pelajar Indonesia dalam belajar sehari-hari, nah melalui Sekolah Digital Award inilah sekolah-sekolah akan dipancing untuk memanfaatkannya secara maksimal. Selain agar program dan produk yang sudah ada tidak menjadi sia-sia, kegiatan belajar mengajar melalui TIK pun akan terintegrasi karena telah melalui proses standarasasi.

     B.Konsistensi dan keberhasilan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan warga sekolah
            Dalam menjalankan sebuah program, untuk mencapai hasil yang baik tentunya konsistensi dan kerja sama dari seluruh pihak mutlak diperlukan. Maka kriteria ini juga mutlak untuk dijadikan acuan.

     C.Bukti Pemanfaatan TIK Mendorong Proses Pembelajaran yang Lebih Baik
            Dan tentu saja untuk memenuhi tujuan akhir, diperlukan sebuah hasil sebagai bukti bahwa metode yang diterapkan benar-benar sesuai dan efektif untuk digunakan.




            Alasan lain dari saya sebaga penulis mengajukan gagasan ini adalah karena saya yakin dan percaya bahwa antusiasme pelajar dalam mempelajari cara memanfaatkan TIK dalam belajar sehari-hari sangatlah besar, hanya butuh sedikit sentuhan motivasi untuk membudayakannya. Oleh karena itu, dengan diadakannya SeDi Award saya yakin Indonesia dapat memaksimalkan pemanfaatan TIK-nya dalam pembelajaran, demi dunia pendidikan yang lebih baik, dan Indonesia yang lebih baik di masa depan!

Komentar